Wednesday, 20 May 2015

IDEOLOGI ISLAM KEBANGSAAN DAN TRANSNASIONAL

Jawaban; NO 1
1.      Secara lafdziah ungkapan ideologi islam kebangsaan dan ideologi islam transnasiolan terdiri dari tiga suku kata, ideologi artinya pemikiran atau faham, islam berarti islam dan lingkup cakupannya, kebangsaan berarti dari dalam negeri sendiri dan transnasional artinya lintas nasional, atau lintas kebangsaan.
-          Jadi kalau disimpulkan, maka yang dimaksud ideologi islam kabangsaan adalah suatu paham atau pemikiran islam yang muncul secara utuh dari dalam negeri itu sendiri. Atau dapat diartikan juga dengan Organisasi-organisasi Islam di Indonesia yang mengakui keberadaan dan menjaga keutuhan NKRI, serta memperjuangkan diterapkannya syariat Islam dalam kerangka Negara-Bangsa Indonesia
-          Sedangkann ideologi islam transnasional berarti suatu paham atau pemikiran dalam islam yang muncul/berasal  dari negara luar dan memiliki pengaruh terhadap keislaman di dalam negeri. Atau dapat diartikan juga dengan kelompok Islam yang berkeyakinan bahwa Islam merupakan ajaran Universal menembus/menegasi batas-batas ruang dan negara, sehingga perlu adanya “satu kepemimpinan Islam” bagi seluruh kaum muslimin di dunia.
·         Selama ini yang mungkin kita dapat sebutkan sebagai ideologi islam kebangsaan adalah Muhamadiyah, Persis dan Nahdhatul Ulama’
·         Sedangkan yang masuk dalam katagori ideologi islam transnasional adalah Ikhwanul Muslimin, Hizbu Tahrir, Jamaah Tabligh, Salafi.
Ø  Pemberiah lebel-lebel ini bukan begitu saja tanpa ada faedah apapun, namun dari pemberian lebel ini dapat ditarik argumen; ideologi islam kebangsaan adalah gerakan islam yang turut menjaga keutuhan negara yang ada. Sedang ideologi islam transnasional sebuah istilah bagi gerakan politik internasional yang berusaha mengubah tatanan dunia berdasarkan ideologi keagamaan fundamentalistik, radikal dan sangat puritan. Istilah-istilah yang ini dalam pengertian umum menunjuk pada cara pandang dan ideologi yang berusaha mendirikan sebuah tatanan dunia baru yang didasarkan pada kekuasaan atas nama Tuhan (hakimiyyah Allah) dan bersikap eksklusif.
2.      Kita contohkan IM dan HT; persamaan keduanya adalah sama-sama bertujuan  mendirikan negara isalam dalam satu kepemimpinan Khalifah. Sedangkan perbedaanya adalah IM jalan yang ditempuh untuk menuju tujuannya dengan berpolitik, tapi HT menolak jalan politik/parlemen.
3.      Pada era sekarang ini nyatanya ideologi islam kebangsaan merasa keutuhannya terancam dengan keberadaan ideologi transnasional. Fakta ini memang terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang masuk dan aktif dalam kegiatan kelompok trans dan bahkan menyatakan diri sebagai anggotanya. Ini disebabkan aktifnya kelompok tersebut dalam menjalankan perekrutan besar-besaran bahkan secara masal terhadap masyarakat. Sedangkan kelompok kabangsaan hanya menggantungkan keanggotaannya dari keturunan-keturunan anggota mereka sendiri.
Atas keadaan ini maka para pemuka kelompok kebangsaan berjaga melindungi warga mereka dari gelombang  transnasional. Ini sebagai mana yang dikabarkan oleh website; www.voa-islam.com , sebagai berikut:
Hazim Muzadi Akui Terima Tugas Bentengi Warga NU dari Pengaruh Syiah, Wahabi dan HTI
SURABAYA (voa-islam.com) - Reformasi menjadikan Indonesia terlihat lebih terbuka, setelah era Orde Baru yang menutup setiap inspirasi umat Islam. Di era reformasi, setiap jati diri memunculkan karakter dan prilaku sejatinya. Akhirnya, munculn berbagai faham dalam keislaman pun tak terbendung lagi.
Hal itu terlihat jelas, Ormas Islam dengan berbagai pemahaman, baik yang tergolong dalam lingkaran ahlus sunah wal jamaah dengan variasi perbedaannya, maupun mereka yang telah memilih untuk berdiri di garis beda seperti Syiah, Muktazilah,atau Khowarij.
Akhirnya perlombaan untuk saling menarik kekanan atau kekiri pun tak terhindarkan lagi, seakan-akan kamus “rebutan jamaah” seperti sesuatu yang terpastikan, karena setiap kelompok sangat wajar ingin mendapatkan simpati dari umat sebanyak-banyaknya.
Berdasarkan hal itu, Nahdhatul Ulama (NU) sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia bertekad untuk membentengi warga NU dari resapan/pengaruh, pemahaman dan aqidah yang dipandang NU bertentangan dengan aqidah yang diyakininya.
Karena NU merasa bahwa aqidah ASWAJA yang diususngnya adalah final, dan tak mungkin dirubah lagi, karena apa yang diajarkan NU selama ini adalah bagian dari sumbangsih para ulama leluhur dahulu dari ASWAJA gaya NU.
Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengakui dirinya telah menerima tugas dari empat kiai sepuh/senior terkait masa depan Nahdlatul Ulama (NU), namun tugas itu tidak berkaitan dengan Muktamar NU 2015. Tugas itu, kata Hasyim berkaitan dengan pencerahan kepada warga NU.

Jawaban NO;2
  1. tafsir ayat masyi ah;
banyak kita jumpai dalam Al-Qur'an ayat-ayat yang menjelaskan tertang masyiah/kehendak. Setiap orang berbeda-beda dalam cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Antara yang menafsirkan bil ma’tsur dan bil ma’kul. Dan cara yang paling selamat dan dipastikan tidak akan terjatuh dalam kesalahan jika metode penafsiran yang pertama kali diambil adalah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits, meskipun terlintas terlalu kolot dan tekstual, namun ini adalah cara yang selamat. Sedangkan tafsiran yang berdasarkan akal-akalan, bahkan tidak memperdulikan ayat selainnya yang padahal memiliki korelasi dan bahkan menjelaskan dan menafsirkan, maka pemikiran seperti ini seharusnya ditinjau ulang, meskipun cara semacam ini seolah-olah hebat, padahal ini adalah bentuk kesombongan agar disbut sebagai orang yang hebat dan bernalar tinggi.
Terkait dengan ayat masyiah ini, maka mari kita mencari terlebih dahulu tafsirannya dari nash Al-Qur'an dan hadits, karena banyak ayat dan hadits yang menjelaskan perihal masyiah ini, maka dalam menafsirkannya tidak boleh mengambil salah satu saja, namun semua ayat-ayat tersebut dikumpulkan dan kemudian disimpulkan. Dalam ayat pada soal disebutkan;

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
“ Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. 13/11

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ يَكُ مُغَيِّرٗا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ
 “(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. 8/53

وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمٗا ٣٠
“dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. QS. Al-Insan:30

Dalam hadits Rosulullah SAW bersabda;

“......إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها )” رواه البخاري(
Sesungguhnya salah satu diantara kamu beramal amalan ahli surga sampai antara dia dengan surga tinggal sejengkal. Kemudian didahului ketentuan sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka. Dan salah satu diantara kamu melakukan amalan ahli neraka sampai antara dia dan neraka tinggal sejengkal, kemudian didahului ketetapan, sehingga dia melakukan amalan ahi surga sehingga dia masuk ke dalam surga “. Bukhori

Dari nash-nash naqli di atas, sebenarnya tidak ada hal yang kontradiksi, makna dalil tersebut dapat disatuka, sehingga dapat disimpulkan bahwa Allah telah menetapkan masyiah terhadap hambanya, namun hamba pun Allah berikan kemampuan untuk berusaha, sehingga hasil akhirnya dikembalikan hanya kepada Allah. Karena tidak ada manusia yang mengetahui takdir hidupnya di waktu-waktu kedepan.

  1. Latar belakang munculnya jabariyah;
Munculnya Aliran Jabariyah berawal dari ketidak berdayaan mereka dalam menghadapi kekejaman mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan mengembalikan semuanya atas kehendak dan kekuasaan Tuhan.
Tokoh yang memunculkan aliran ini aadalah Ja’ad bin Dirham. Dan kemudian dikembangkan oleh Jahm bin Shafwan (W.131 H). Oleh sebab itu, aliran ini sering juga disebut aliran Jahmiyah.
  1. Konsep pemikiran jabariyah dalam keimanan;
a)      Masalah sifat Alloh swt. Jahm bin Shafwan tidak membenarkan Alloh swt diberi sifat-sifat yang terdapat pada makhluk-Nya. Yang demikian itu membawa penyerupaan Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Namun diakui pula bahwa banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Alloh swt mendengar, melihat, berbicara dan sebagainya. Ayat-ayat tersebut tidak dilihat secara lahiriyah (tekstual) melainkan dipahami secara konstekstual.
b) Tentang Surga dan Neraka. Surga dan neraka serta aktivitas penghuninya akan berakhir. Bagi Jabariyah pahala dan siksaan pun merupakan paksaan karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia tidak memiliki pilihan dan daya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang.
c) Masalah Iman dan Kufur.Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Alloh swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah SWT orang demikian tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna.
d) Tentang Qudrat dan Iradat Manusia.Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah SWT membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya. Ketika manusia dikatakan bahwa berbeda dengan benda mati karena manusia mempunyai kekuatan, kehendak dan pilihan, Allah-lah yang menciptakan dalam diri manusia kekuatan atau daya, kehendak dan pilihan yang dengannya manusia bertindak. Dengan melihat pendapat Jabariyah seperti yang disebutkan di atas, maka apakah artinya Allah SWT mengutus Rosul dan menurunkan al-Qur’an yang penuh dengan perintah, larangan, janji dan ancaman ? Tidakkah itu menjadi sia-sia belaka ? Semuanya itu tidak sia-sia, karena semuanya itu pun untuk menjalankan ketentuan Allah SWT. Keadaan itu tidak bedanya dengan Allah SWT menurunkan hujan, menerbitkan matahari, bulan dan sebagainya.

4.      Implikasi jabariyah dalam kehidupan masyarakat;
Paham jabariah secara tidak langsung mengakibatkan masyarakat menjadi malas dalam berusaha dan hanya menunggu takdir dari yang kuasa.  Serta mengakibatkan kemunduran individu maupun masyarakat.
5.      Kekurangan dan kelebihan paham Jabariah;
a.       Kekkurangan jabariah;
Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Menafikan manusia mempunyai kehendak untuk memilih, sehingga tidak ada satupun perbuatannya layak untuk dipertanggung jawabkan.
Paham Jabariyah dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan keyakinan agama tidak dikukuhkan oleh hasil pengetahuan yang benar, karena semua peristiwa dinyatakan sebagai aktivitas Allah. Dalam hal musibah gempa dan tsunami baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi yang berpaham Jabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik “hikmat” (berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi dosa-dosa) sudah dilakukan.
b.      Kelebihan;

Memiliki spiritualitas yg tinggi, semangat menghadirkan Allah dalam kehidupan (la haula walaa quwwata illah billah), efeknya lebih resisten terhadap tekanan kehidupan.

No comments:

Post a Comment