Jawaban; NO 1
1. Secara
lafdziah ungkapan ideologi islam kebangsaan dan ideologi islam transnasiolan
terdiri dari tiga suku kata, ideologi artinya pemikiran atau faham, islam
berarti islam dan lingkup cakupannya, kebangsaan berarti dari dalam negeri
sendiri dan transnasional artinya lintas nasional, atau lintas
kebangsaan.
-
Jadi kalau
disimpulkan, maka yang dimaksud ideologi islam kabangsaan adalah suatu
paham atau pemikiran islam yang muncul secara utuh dari dalam negeri itu
sendiri. Atau dapat diartikan juga dengan Organisasi-organisasi Islam di
Indonesia yang mengakui keberadaan dan menjaga keutuhan NKRI, serta memperjuangkan diterapkannya
syariat Islam dalam kerangka Negara-Bangsa Indonesia
-
Sedangkann ideologi
islam transnasional berarti suatu paham atau pemikiran dalam islam yang
muncul/berasal dari negara luar dan
memiliki pengaruh terhadap keislaman di dalam negeri. Atau dapat diartikan juga
dengan kelompok Islam yang berkeyakinan bahwa Islam merupakan ajaran Universal
menembus/menegasi batas-batas ruang dan negara,
sehingga perlu adanya “satu kepemimpinan Islam” bagi seluruh kaum muslimin di
dunia.
·
Selama ini yang
mungkin kita dapat sebutkan sebagai ideologi islam kebangsaan adalah
Muhamadiyah, Persis dan Nahdhatul Ulama’
·
Sedangkan yang
masuk dalam katagori ideologi islam transnasional adalah Ikhwanul Muslimin,
Hizbu Tahrir, Jamaah Tabligh, Salafi.
Ø Pemberiah
lebel-lebel ini bukan begitu saja tanpa ada faedah apapun, namun dari pemberian
lebel ini dapat ditarik argumen; ideologi islam kebangsaan adalah gerakan islam
yang turut menjaga keutuhan negara yang ada. Sedang ideologi islam
transnasional sebuah istilah bagi gerakan politik internasional yang berusaha mengubah
tatanan dunia berdasarkan ideologi keagamaan fundamentalistik, radikal dan
sangat puritan. Istilah-istilah yang ini dalam pengertian umum menunjuk pada
cara pandang dan ideologi yang berusaha mendirikan sebuah tatanan dunia baru
yang didasarkan pada kekuasaan atas nama Tuhan (hakimiyyah Allah) dan bersikap
eksklusif.
2. Kita
contohkan IM dan HT; persamaan keduanya adalah sama-sama bertujuan mendirikan negara isalam dalam satu
kepemimpinan Khalifah. Sedangkan perbedaanya adalah IM jalan yang ditempuh
untuk menuju tujuannya dengan berpolitik, tapi HT menolak jalan politik/parlemen.
3. Pada era
sekarang ini nyatanya ideologi islam kebangsaan merasa keutuhannya terancam
dengan keberadaan ideologi transnasional. Fakta ini memang terbukti dengan
semakin banyaknya masyarakat yang masuk dan aktif dalam kegiatan kelompok trans
dan bahkan menyatakan diri sebagai anggotanya. Ini disebabkan aktifnya kelompok
tersebut dalam menjalankan perekrutan besar-besaran bahkan secara masal
terhadap masyarakat. Sedangkan kelompok kabangsaan hanya menggantungkan
keanggotaannya dari keturunan-keturunan anggota mereka sendiri.
Atas keadaan
ini maka para pemuka kelompok kebangsaan berjaga melindungi warga mereka dari
gelombang transnasional. Ini sebagai
mana yang dikabarkan oleh website; www.voa-islam.com
, sebagai berikut:
Hazim Muzadi Akui Terima Tugas
Bentengi Warga NU dari Pengaruh Syiah, Wahabi dan HTI
SURABAYA (voa-islam.com) - Reformasi
menjadikan Indonesia terlihat lebih terbuka, setelah era Orde Baru yang menutup
setiap inspirasi umat Islam. Di era reformasi, setiap jati diri memunculkan
karakter dan prilaku sejatinya. Akhirnya, munculn berbagai faham dalam
keislaman pun tak terbendung lagi.
Hal itu terlihat jelas, Ormas Islam dengan berbagai pemahaman, baik yang
tergolong dalam lingkaran ahlus sunah wal jamaah dengan variasi perbedaannya,
maupun mereka yang telah memilih untuk berdiri di garis beda seperti Syiah,
Muktazilah,atau Khowarij.
Akhirnya perlombaan untuk saling menarik kekanan atau kekiri pun tak
terhindarkan lagi, seakan-akan kamus “rebutan jamaah” seperti sesuatu yang
terpastikan, karena setiap kelompok sangat wajar ingin mendapatkan simpati dari
umat sebanyak-banyaknya.
Berdasarkan hal itu, Nahdhatul Ulama (NU) sebagai Ormas Islam terbesar di
Indonesia bertekad untuk membentengi warga NU dari resapan/pengaruh, pemahaman
dan aqidah yang dipandang NU bertentangan dengan aqidah yang diyakininya.
Karena NU merasa bahwa aqidah ASWAJA yang diususngnya adalah final, dan tak
mungkin dirubah lagi, karena apa yang diajarkan NU selama ini adalah bagian
dari sumbangsih para ulama leluhur dahulu dari ASWAJA gaya NU.
Rais Syuriah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengakui dirinya telah menerima tugas
dari empat kiai sepuh/senior terkait masa depan Nahdlatul Ulama (NU), namun
tugas itu tidak berkaitan dengan Muktamar NU 2015. Tugas itu, kata Hasyim
berkaitan dengan pencerahan kepada warga NU.
Jawaban NO;2
- tafsir ayat
masyi ‘ah;
banyak kita jumpai
dalam Al-Qur'an ayat-ayat yang menjelaskan tertang masyi’ah/kehendak. Setiap orang
berbeda-beda dalam cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Antara yang
menafsirkan bil ma’tsur dan bil ma’kul. Dan cara yang paling selamat dan
dipastikan tidak akan terjatuh dalam kesalahan jika metode penafsiran yang
pertama kali diambil adalah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits, meskipun
terlintas terlalu kolot dan tekstual, namun ini adalah cara yang selamat.
Sedangkan tafsiran yang berdasarkan akal-akalan, bahkan tidak memperdulikan
ayat selainnya yang padahal memiliki korelasi dan bahkan menjelaskan dan
menafsirkan, maka pemikiran seperti ini seharusnya ditinjau ulang, meskipun
cara semacam ini seolah-olah hebat, padahal ini adalah bentuk kesombongan agar
disbut sebagai orang yang hebat dan bernalar tinggi.
Terkait dengan ayat
masyiah ini, maka mari kita mencari terlebih dahulu tafsirannya dari nash
Al-Qur'an dan hadits, karena banyak ayat dan hadits yang menjelaskan perihal
masyiah ini, maka dalam menafsirkannya tidak boleh mengambil salah satu saja,
namun semua ayat-ayat tersebut dikumpulkan dan kemudian disimpulkan. Dalam ayat
pada soal disebutkan;
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ
مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau
berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
إِنَّ
ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
“ Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. 13/11
ذَٰلِكَ
بِأَنَّ ٱللَّهَ لَمۡ يَكُ مُغَيِّرٗا نِّعۡمَةً أَنۡعَمَهَا عَلَىٰ قَوۡمٍ
حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٞ
“(siksaan) yang demikian itu adalah karena
Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada
pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”. 8/53
وَمَا
تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمٗا
٣٠
“dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. QS. Al-Insan:30
Dalam
hadits Rosulullah SAW bersabda;
“......إن
أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل
بعمل أهل النار فيدخلها وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها
ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها )” رواه البخاري(
“Sesungguhnya salah
satu diantara kamu beramal amalan ahli surga sampai antara dia dengan surga
tinggal sejengkal. Kemudian didahului
ketentuan sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka dan masuklah ia ke
dalam neraka. Dan salah satu diantara kamu melakukan amalan ahli neraka sampai
antara dia dan neraka tinggal sejengkal, kemudian didahului ketetapan, sehingga
dia melakukan amalan ahi surga sehingga dia masuk ke dalam surga “. Bukhori
Dari nash-nash naqli di
atas, sebenarnya tidak ada hal yang kontradiksi, makna dalil tersebut dapat
disatuka, sehingga dapat disimpulkan bahwa Allah telah menetapkan masyiah
terhadap hambanya, namun hamba pun Allah berikan kemampuan untuk berusaha,
sehingga hasil akhirnya dikembalikan hanya kepada Allah. Karena tidak ada manusia
yang mengetahui takdir hidupnya di waktu-waktu kedepan.
- Latar
belakang munculnya jabariyah;
Munculnya
Aliran Jabariyah berawal dari ketidak berdayaan mereka dalam menghadapi
kekejaman mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan mengembalikan semuanya
atas kehendak
dan kekuasaan Tuhan.
Tokoh yang
memunculkan aliran ini aadalah Ja’ad bin Dirham. Dan kemudian
dikembangkan oleh Jahm bin Shafwan (W.131 H). Oleh
sebab itu, aliran ini sering juga disebut aliran
Jahmiyah.
- Konsep pemikiran jabariyah dalam keimanan;
a) Masalah sifat Alloh swt. Jahm bin Shafwan tidak membenarkan
Alloh swt diberi sifat-sifat yang terdapat pada makhluk-Nya. Yang demikian itu
membawa penyerupaan Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Namun diakui pula bahwa
banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Alloh swt mendengar, melihat, berbicara
dan sebagainya. Ayat-ayat tersebut tidak dilihat secara lahiriyah (tekstual)
melainkan dipahami secara konstekstual.
b) Tentang Surga dan Neraka. Surga dan neraka serta aktivitas penghuninya akan berakhir. Bagi Jabariyah pahala dan siksaan pun merupakan paksaan karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia tidak memiliki pilihan dan daya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang.
c) Masalah Iman dan Kufur.Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Alloh swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah SWT orang demikian tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna.
d) Tentang Qudrat dan Iradat Manusia.Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah SWT membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya. Ketika manusia dikatakan bahwa berbeda dengan benda mati karena manusia mempunyai kekuatan, kehendak dan pilihan, Allah-lah yang menciptakan dalam diri manusia kekuatan atau daya, kehendak dan pilihan yang dengannya manusia bertindak. Dengan melihat pendapat Jabariyah seperti yang disebutkan di atas, maka apakah artinya Allah SWT mengutus Rosul dan menurunkan al-Qur’an yang penuh dengan perintah, larangan, janji dan ancaman ? Tidakkah itu menjadi sia-sia belaka ? Semuanya itu tidak sia-sia, karena semuanya itu pun untuk menjalankan ketentuan Allah SWT. Keadaan itu tidak bedanya dengan Allah SWT menurunkan hujan, menerbitkan matahari, bulan dan sebagainya.
b) Tentang Surga dan Neraka. Surga dan neraka serta aktivitas penghuninya akan berakhir. Bagi Jabariyah pahala dan siksaan pun merupakan paksaan karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia tidak memiliki pilihan dan daya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang.
c) Masalah Iman dan Kufur.Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Alloh swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah SWT orang demikian tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna.
d) Tentang Qudrat dan Iradat Manusia.Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah SWT membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya. Ketika manusia dikatakan bahwa berbeda dengan benda mati karena manusia mempunyai kekuatan, kehendak dan pilihan, Allah-lah yang menciptakan dalam diri manusia kekuatan atau daya, kehendak dan pilihan yang dengannya manusia bertindak. Dengan melihat pendapat Jabariyah seperti yang disebutkan di atas, maka apakah artinya Allah SWT mengutus Rosul dan menurunkan al-Qur’an yang penuh dengan perintah, larangan, janji dan ancaman ? Tidakkah itu menjadi sia-sia belaka ? Semuanya itu tidak sia-sia, karena semuanya itu pun untuk menjalankan ketentuan Allah SWT. Keadaan itu tidak bedanya dengan Allah SWT menurunkan hujan, menerbitkan matahari, bulan dan sebagainya.
4. Implikasi jabariyah dalam kehidupan masyarakat;
Paham jabariah secara tidak langsung mengakibatkan
masyarakat menjadi malas dalam berusaha dan hanya menunggu takdir dari yang
kuasa. Serta mengakibatkan kemunduran
individu maupun masyarakat.
5. Kekurangan dan kelebihan paham Jabariah;
a. Kekkurangan jabariah;
Pada
paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua
peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Menafikan manusia
mempunyai kehendak untuk memilih, sehingga tidak ada satupun perbuatannya layak
untuk dipertanggung jawabkan.
Paham
Jabariyah dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan keyakinan agama
tidak dikukuhkan oleh hasil pengetahuan yang benar, karena semua peristiwa
dinyatakan sebagai aktivitas Allah. Dalam hal musibah gempa dan tsunami
baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi
yang berpaham Jabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik
“hikmat” (berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi
dosa-dosa) sudah dilakukan.
b. Kelebihan;
Memiliki
spiritualitas yg tinggi, semangat menghadirkan Allah dalam kehidupan (la
haula walaa quwwata illah billah), efeknya lebih resisten terhadap tekanan
kehidupan.
No comments:
Post a Comment